MEMAHAMI PENGGUNAAN UKURAN GAMBAR TEKNIK

 

  1. Pengukuran dengan dimensi fungsional, nonfungsional dan ukuran tambahan

Jika suatu desain benda terdiri atas bagian-bagian (bagian yang dirakit), maka ukuran bagian yang satu dengan Iainnya.mempunyai fungsi yang sama, sehingga satu sama lain mempunyai ukuran yang berpasangan dan pencatuman ukurannya sebagai fungsi yang berpasangan. Jika benda kerja yang di gambar berdiri sendiri, tetapi dalam sistem pengeijaannya terhadap, maka digambar sesuai dengan ukurannya dan pencaturnan ukurannya sebagai fungsi pengerjaan.

Ukuran-ukuran yang tidak berfungsi disebut ukuran nonfungsional. Untuk melengkapi ukuran, dalam hal ini supaya tidak menimbulkan kekacauan dalam membaca gambar terutama dalarn jurnlah ukuran total, maka ukuran pada gambar dilengkapi dengan ukuran tambahan. Ukuran tambahan ini harus ditempatkan di antara dua kurung atau di dalam kurung (lihat Gambar 5.78 berikut).

Keterangan:

F = dimensi fungsional

NJF = dirnensi nonfungsional

H = dimensi tambahan

  1. Pengukuran Ketirusan 

Untuk mencatumkan ukuran benda yang mempunyai bentuk miring, ukuran kemiringannya dicantumkan dengan harga tangen sudutnya.

G 5.79 Pengukuran ketirusan.JPG

  1. Penunjukan Ukuran pada bagian yang dikerjakan khusus

Untuk memberikan keterangan gambar pada benda-benda yang dikerjakan khusus, misalnya dikartel pada bagian tertentu atau dihaluskan dengan ampelas halus, maka pada bagian yang dikerjakan khusus tadi gambar luarnya diberi garis tebal bertitik (lihat Gambar 5.80).

G 5.80 Penunjukan ukuran pengerjaan khusus

  1. Pemberian ukuran pada bagian-bagian yang simetris.

Untuk memberikan ukuran-ukuran pada gambar-gambar simetris, jarak antara tepi dan sumbu simetrisnya tidak dicanturnkan (lihat Gambar 5.81).

G 5.81 Penunjukan ukuran pada bagian yang simetris

b) Pencatuman Simbol-simbol Ukuran

Untuk benda-benda dengan bentuk tertentu, ukurannya dicantumkan disertai simbol bentuknya: misal benda-benda yang berbentuk silinder, bujur sangkar, bola dan pingulan (Chamfer). Lihat Gambar 5.82 berIkut.

G 5.82 Pencantuman simbol-simbol ukuran

Keterangan:

50 = Diameter bola dengan ukuran 32 mm

SR 16 = Jari-jari bola dengan ukuran 16 mm

C3 = Chamfer atau pinggulan dengan ukuran 3 x 45

023 = Simbol ukuran silinder, dengan ukuran 23 mm

34 = Simbol ukuran bujur sangkar, dengan ukuran sisinya 34 mm

120 = Simbol ukuran tidak menurut skala yang sehenarnya

M12 = Simbol ukuran ulir dengan jenis ulir metris dan diameter luarnya 12 mm

2 = (Silang/cros clengan garis tipis) ; simbol bidang rata

I = (Strip titik tebal) ; simbol bagian yang dikerjakan khusus.

  1. Penunjukan ukuran jari-jari

Untuk rnenunjukkan ukuran jari-jari, dapat digambarkan dengan garis ukur dimulai dan titik pusat sampai busur Iingkararmya. Sebagai simbol dari jari-jari tersebut, diberi tanda huruf “R” (lihat Gambar 5.83 berikut).

G 5.83 Pengukuran jari-jari

G 5.84 pengukuran

G 5.85 Penempatan anak panah dan ukuran di luar lingkaran

  1. Pengukuran Ketebalan

Pengukuran benda-benda tipis, seperti pengukuran pada pelat ukuran tebalnya dapat dilengkapi dengan simbol “t” sebagai singkatan dan “thicknees” yang secara kebetulan artinya tebal (juga berhuruf awal “t”). Penunjukan ukurannya lihat Gambar 5.86 berikut:

G 5.86 Penunjukan ukuran

a) Jenis-jenis Penulisan Ukuran

Penulisan ukuran pada gambar kerja, menurut jenisnya terdiri atas;

  • Ukuran berantai
  • Ukuran paralel (sejajar)
  • Ukuran kombinasi
  • Ukuran berimpit
  • Ukuran koordinat
  • Ukuran yang berjarak sama
  • Ukuran terhadap bidang referensi
  1. Ukuran berantai

Percantuman ukuran secara berantai ini ada kelebihan dari kekurangannya. Kelebihannya adalah mempercepat pembuatan gambar kerja, sedangkan kekurangannya adalah dapat mengumpulkan toleransi yang semakin besar, sehingga pekerjaan tidak teliti. Oleh karena itu pencantuman ukuran secara berantai ini pada umumnya dilakukan pada pekerjaan-pckerjaan yang tidak mernerlukan ketelitian yang tinggi. Lihat Gambar 5.87.

G 5.87 Ukuran berantai

  1. Ukuran paralel (sejajar)

G 5.88 Ukuran sejajar

  1. Ukuran kombinasi

G 5.89 Ukuran kombinasi

  1. Ukuran berimpit

Ukuran berimpit yaitu pengukuran dengan garis-garis ukur yang ditumpangkan (berimpit) satu sama lain. Ukuran berimpit ini dapat dibuat jika tidak menimbulkan kesalah pahaman dalam membaca gambarnya (lihat Gambar 5.90).

G 5.90 Ukuran berimpit

Pada pengukuran berimpit ini, titik pangkal sebagai batas ukuran/patokan ukuran (bidang referensi)nya harus dibuat lingkaran, dan angka ukurannya harus diletakkan dekat anak panah sesuai dengan penunjukan ukurannya.

  1. Pengukuran terhadap bidang ‘referensi

Bidang referensi adalah bidang batas ukuran yang digunakan sebagai jatokan pengukur Contoh : pengukuran benda kerja bubutan terhadap bidang datar/rata (lihat Gambar 5.91).

G 5.91 Pengukuran berimpit

  1. Perigukuran koordinat

Jika pengukuran berimpit dilakukan dengan dua arah, yaitu penunjukan ukuran ke arah sumbu x dan penunjukan ukurah ke arah sumbu y dengan bidang referensinya di 0, maka akan didapat pengukuran “koordinat” (lihat Gambar 5.92).

G 5.92 Pengukuran koordinat

  1. Pengukuran yang berjarak sama

Untuk memberikan ukuran pada bagian yang berjarak sama, penunjukan ukurannya dapat dilaksanakan sebagai berikut (lihat Gambar 5.93).

G 5.93 Pengukuran berjarak sama

Untuk rnenghindarkan kesalahan/keraguan didalam membaca gambarnya, dapat dituliskan dalah satu ukurannya (lihat Gambar 5.94)

G 5.94 Pengukuran berjarak sama

  1. Pengukuran alur pasak

Jika kita memberikan ukuran diameter pada penampang/potongan yang beralur pasak, misalnya pada kopling, roda gigi, atau alur pasak pada puli, maka penunjukan ukuran diameternya seperti tampak pada Gambar 5.95.

G 5.95 Pengukuran alur pasak

Posting Komentar

0 Komentar